Dalam suasana sunyi dan hening, Prabu bertanya pada seorang sahabatnya yang bernama Testi. Apa itu demam pesbuk, apakah penyakit panas yang berbahaya serta menular? Sama bahayanya kah dengan flu burung?
Minggu pagi yang cerah di kediaman Testi, telah berkumpul empat orang sahabatnya yang juga satu sekolah di SMA Api Abadi. Mereka semua masih duduk di kelas 1, semester 1. Ya, anak baru gede seperti mereka pasti sedang menggebu-nggebu dalam pergaulan.
Kala itu, jam dinding di rumah Testi menunjukkan pukul 08.30 pagi. Setelah selesai mandi dan berdandan secantik mungkin, Testi duduk di beranda rumah menunggu ketiga sahabatnya yaitu Prabu, Andra, dan Bimo. Ya, sahabat Testi adalah tiga orang cowok yang lumayan gaul serta cukup tenar di sekolah. Tak berapa lama, Testi dikejutkan oleh teriakan salah seorang sahabatnya yang bernama Prabu.
“Morniiiiiiiiiing cewek manis..........., thanx udah menyambut kedatangan kakanda Prabu yang ganteng ini....... hehehehehehehehe”.
Dengan tampang mupeng, Prabu pun berlari menghampiri Testi, setelah dia memarkir kendaraannya di halaman rumah Testi. Sapaan Prabu tadi pun disambut dengan tawa renyah serta celetukan dari bibir mungil Testi.
“Wuakakakakakakakak.........., pede banget lo Panjul!!!!”
Ya, Panjul adalah panggilan khas dari Testi untuk si Prabu yang selalu berambut klimis itu. Setelah itu, Prabu dan Testi duduk berdua di beranda rumah, karena saat itu Andra dan Bimo belum datang. Seperti biasa pula, kalau tamu Testi belum komplit, maka cewek manis itu pun belum menyajikan minuman dan snack buat si Panjul.
Di awal obrolan mereka berdua, tiba-tiba Prabu menanyakan sesuatu pada Testi. Testi manisku, begitulah Prabu kerap menyapa sahabat perempuannya itu.
“Aku heran nih sama si Bimo, temen-temen di sekolah pada bilang kalau dia lagi demam pesbuk? Emang, demam pesbuk itu penyakit apaan sih? Penyakit panas berbahaya dan menular seperti flu burung ya? Tapi kok Bimo kelihatan sehat walafiat gitu Tes?”.
Berondongan pertanyaan Prabu itu hanya disambut dengan tampang bengong Testi. Karena penasaran, Prabu pun menggoyang-goyang tubuh Testi sambil berkata: “Testi manisku, kenapa bengong????? Jawab pertanyaan kakanda Prabu dong!!!!!”.
Sebelum menimpali kata-kata Prabu itu, si Testi beranjak dari tempat duduknya sambil mengacung-acungkan jari telunjuknya ke muka Panjul dan berteriak: “Mr.Panjuuuuuuul yang super tulalit, kamu itu gimana sih, pesbuk itu maksudnya facebook, itu lho link pertemanan yang lagi heboh di internet, lagi digandrungi banyak orang yang hampir serupa dengan friendster gitu lah Panjul!!!”.
Sambil petantang-petenteng, Testi berkata lagi “Paham??? Paham??? Paham??? huahahahahahahaaaaa........”.
Di sela-sela tawa Testi, ternyata di ujung jalan sudah muncul dua sosok sahabatnya, Andra dan Bimo. Mereka berdua datang dengan berboncengan naik sepeda motor, karena kebetulan rumah mereka berdekatan. Saat itu, Prabu merasa agak malu atas pertanyaan yang memang memalukan yang telah dia luncurkan beberapa menit lalu. Tapi, dasar tak tahu malu, Prabu tetap saja super confidence. Kemudian Testi kembali melanjutkan ceramahnya tentang pesbuk = facebook itu.
“Gini Njul-Panjul, demam pesbuk itu berarti lagi gandrung alias demen main / berselancar di facebook, di internet gitu lho. Jadi, bukan penyakit panas, nggak ada hubungannya dengan flu burung!!!”.
Di tengah celotehan Testi, dua sahabatnya yang baru datang pun dengan serta merta menyambar. “Kalian ngomong tentang apaan sih, heboh banget? Jangan-jangan ngomongin gue ama Bimo ya? Ngomongin ketampanan kita berdua pasti??? hahahahahaha..........” celetuk Andra..
Tanpa pikir panjang, Bimo dan Andra pun langsung bergabung dan duduk di beranda rumah Testi bersama sahabat-sahabatnya itu. Dengan sigap Prabu pun menyahut: “Woeiiiiiii, pede banget kalian berdua, emangnya kalian tampan dari Hongkong??? Kalau nampan sih iya kali!!! hehehehehehe.......”.
Suasana yang tadinya hening pun berubah menjadi riuh dengan tawa serentak keempat sahabat itu. sampai-sampai Prabu terpingkal-pingkal gara-gara ucapannya barusan.
Setelah tawa mereka terhenti, Panjul kembali meluncurkan sebuah kalimat penuh makna, “Minuman dan snacknya kok diumpetin ya???”, sambil melirik ke arah Testi. Kemudian Bimo yang bertubuh cukup tambun itu pun ikut mendukung perkataan sahabatnya, “Iya nih, haus banget........pengen deh minum yang segeeeeeeeeeeeeeeerrrr........hehehehehe”.
Setelah dua sahabatnya mengomel, maka dengan segera Testi masuk ke dapur untuk menyiapkan empat gelas jus jeruk dingin beserta beberapa makanan ringan untuk disuguhkan pada sahabat-sahabatnya di beranda rumah. Hanya beberapa menit, kini sampailah hidangan itu di tempat yang dituju, tanpa basa-basi pun Bimo lalu menenggak segelas jus jeruk dingin yang dibawa Testi. “Glegek...glegek...glegek” suara air mengalir dari mulut menuju tenggorokan kemudian berhenti di kerongkongan Bimo. “Wuuuuuaaaaach lega banget udah minum, makasih ya Tes, jusnya manis kayak kamu, hahahahahahahahaha” goda Bimo”.
Testi tak tersanjung sedikit pun dengan kata-kata Bimo tadi, karena itu sudah biasa meluncur dari bibir Bimo untuk memuji Testi karena telah memberikan makanan atau minuman padanya. “Your welcome Bim” sahut Testi”.
Sambil menikmati hidangan yang disediakan Testi, mereka pun melanjutkan obrolan yang sempat terputus tadi. Andra segera mengulangi pertanyaan yang sebelumnya pernah keluar dari mulutnya: “Tadi waktu kita belum dateng, kalian ngomongin apaan sih? Kayaknya seru banget?”.
Testi bergegas menjawab pertanyaan Andra, karena dia tak sabar ingin mengolok-olok Panjul atas pertanyaan konyolnya tadi. “Gini lho Ndra, Bim, tadi Prabu nanya tentang demam pesbuk yang diidab Bimo. Prabu pikir kalau demam pesbuk itu penyakit panas yang berbahaya dan menular seperti flu burung”.
Dengan serentak, gelak tawa pun pecah dari mulut Testi, Andra, serta Bimo. Sedangkan Prabu tersipu menahan malu. Tapi yang namanya Prabu alias si Panjul, dia hanya mampu mempertahankan rasa malunya dalam beberapa detik saja. Kemudian Prabu kembali berceloteh “Eia Bim, emang apa asyiknya pesbuk, kok kamu bisa ketagihan gitu? Kalau emang cihui, aku juga mau ikutan nih, mau nyari gebetan......hahahahahahahahahaha”.
Dengan tak sabar, Testi pun menyerobot “Dasar Panjul, di otak kamu isinya cuma cewek melulu.....uuuuuuuchh.......”. Prabu pun hanya tersenyum mendengar protes dari sahabat termanisnya itu. Tak lama kemudian, Bimo segera menjawab pertanyaan Prabu.
“Wah Bu, emang bisa dibilang kalau aku lagi kecanduan pesbuk alias facebook, seperti gosip hangat yang beredar di SMA tercinta kita itu. Asyik lho berselancar di pesbuk, bisa berkenalan dengan orang dari berbagai belahan dunia, pokoknya bisa nambah temen sebanyak mungkin”.
Prabu kembali mengintrogasi Bimo “Terus apalagi Bim, ceritain sedetail-detailnya dong, bisa ketemu bule cantik nggak???” desak Prabu.
“Wah, sabar-sabar dong Bu. Ntar deh, habis dari rumah Testi kita mampir ke warnet. Tak tunjukkin apa itu facebook biar kamu nggak gaptek......hehehehehehehe”.
Kontan saja Prabu berteriak: “Asyiiiiiiiiiiik.......Asyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiik......”.
Keempat sahabat itu pun berlanjut bercengkerama dengan berbagai topik obrolan yang cukup hangat. Hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 12 siang, dan Andra, Prabu, serta Bimo pun berpamitan untuk pulang. Tak lupa Prabu menagih janji Bimo untuk mampir ke warnet. Rasa penasaran Prabu mengenai pesbuk (facebook) sudah sampai ubun-ubun dan harus segera disalurkan. Apalagi Prabu adalah tipe orang yang tidak sabaran serta mudah penasaran, jadi apa maunya harus dituruti dengan segera. Kalu tidak, pasti akan terbawa mimpi, bisa-bisa menjadi mimpi buruk di sepanjang tidur seorang Mr.Panjul.
-***********-
Jumat, 08 Mei 2009
Sabtu, 02 Mei 2009
Kecap Selalu Nomor Satu?????
Mengapa dia selalu merasa paling benar?
Seolah dia yang paling sempurna
Seakan dia tak bercela
Sepertinya dia lah segalanya
Asal tahu saja, bahwa dia pun manusia biasa
Namun, senantiasa merasa lebih bangga
Mungkin semua kecap berasa nomor satu
Mungkin saja dia salah satu dari kecap-kecap itu
Aku telah bosan dengan gayanya
Aku tak kuasa melumrahkan perilakunya
Semua tak wajar bahkan aneh serta berlebihan
Tingkahnya bak raja diraja
Berondongan kata dari mulutnya hanya kritikan
Dianggapnya selalu tak benar selain dia
Jenuh rasanya di sisinya
Muak tak tahan berpura-pura menahan.
Seolah dia yang paling sempurna
Seakan dia tak bercela
Sepertinya dia lah segalanya
Asal tahu saja, bahwa dia pun manusia biasa
Namun, senantiasa merasa lebih bangga
Mungkin semua kecap berasa nomor satu
Mungkin saja dia salah satu dari kecap-kecap itu
Aku telah bosan dengan gayanya
Aku tak kuasa melumrahkan perilakunya
Semua tak wajar bahkan aneh serta berlebihan
Tingkahnya bak raja diraja
Berondongan kata dari mulutnya hanya kritikan
Dianggapnya selalu tak benar selain dia
Jenuh rasanya di sisinya
Muak tak tahan berpura-pura menahan.
Kamis, 19 Maret 2009
PENANTIAN YANG TERHAPUSKAN OLEH KEISENGAN
Hari ini, Kamis, 19 Maret 2009 ternyata aku mengalami kejadian yang di luar prasangka. Sekitar pukul 08.20 WIB, aku iseng mengirim SMS ke Polres Grobogan (di Purwodadi) untuk menanyakan mengenai perpanjangan SIM C milikku sejak 11 Februari 2009, namun belum juga jadi, dengan alasan material / bahan baku SIM di Polda Jateng habis. Ketika aku mengirim SMS tersebut, aku pun berdebar-debar, dalam hati aku bertanya, berani nggak ya? Karena sudah sejak lama aku “takut” dengan polisi......hehehe.
Setelah SMS terkirim, dalam benakku masih berkecamuk, kira-kira dibalas tidak ya? Atau jangan-jangan malah aku dimarahi (aku kan takut pada polisi).......hehehehe. Ternyata seluruh pradugaku sirna, beberapa detik setelah SMSku terkirim, tak ku sangka nomor itu malah meneleponku. Ya Allah, ada apa ini? Apa aku akan dimarahi karena telah mengirim SMS? Atau isi SMSku tak sopan? Namun dengan serta merta, ku angkat panggilan itu. Kalimat yang pertama aku ucapkan adalah “Assalamu’alaikum”, sembari hati ini masih dalam keadaan berdebar (aku kan takut pada polisi)........hehehehe. Wauw, ternyata yang menelepon aku adalah seorang “Bapak”.
Setelah Bapak polisi tersebut menjawab salamku dengan ramah, perasaanku jadi lega. Kemudian dengan santun dan bijak, Bapak polisi yang mungkin telah berusia lebih dari 45 tahun itu memulai pembicaraannya. Beliau berbicara dengan lembut (hingga rasa takutku sedikit berkurang), dengan menggunakan “boso kromo” beliau menyampaikan sesuatu. Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini “Halo mbak Ulyati Ismail Liana (namaku) di Desa Kejawan Rt 3 Rw 2 Kecamatan Tegowanu ya?? Ini SIM panjenengan sudah jadi, kalau mau diambil sekarang bisa, datang saja ke Polres”. Saya hanya menjawab singkat “nggih Pak”. Kemudian Bapak yang baik itu melanjutkan perkataannya “njenengan sekarang di mana mbak?”. Saya jawab “masih di rumah”. Kemudian beliau berkata lagi “lha apa mau diambil sekarang?” (masih berbicara dengan boso kromo). Saya jawab dengan singkat lagi “nggih Pak, diambil sekarang” (aku pun mengggunakan boso kromo dalam setiap pembicaraanku). Lalu beliau mengucapkan sesuatu yang sangat menyentuh “ya, nanti kalau perjalanan menuju Polres, HATI-HATI DI JALAN YA MBAK”. Subhanallah....dengan seketika perasaan takutku pada polisi sirna setelah mendengar kalimat itu. Setelah itu, aku pun dengan segera mengucapkan “maturnuwun nggih Pak”. Kemudian Bapak yang bijak itu mengakhiri pembicaraannya dengan mengucapkan salam, kemudian aku menjawabnya “Wa’alaikumsalam”. Kurang lebih demikianlah pembicaraan kami di telepon dalam beberapa menit.
Sekitar pukul 10.30 WIB, aku pun sampai di Polres untuk mengambil SIM. Ternyata yang melayani pengambilan SIM adalah Bapak polisi yang tadi pagi meneleponku bersama seorang rekannya di dalam ruangan. Awalnya pun aku tak tahu kalau yang ada di hadapanku adalah beliau yang berpesan padaku utuk hati-hati di jalan. Ketika sampai di loket, aku langsung saja menyampaikan bahwa ingin mengambil SIM, kemudian aku disuruh menunggu di kursi bersama pengambil yang lain. Hanya dalam waktu beberapa menit, aku pun dipanggil oleh beliau. Namun, aku sedikit merasa heran, kenapa aku yang dipanggil pertama, padahal ada yang antri sebelum aku? Entahlah, namun aku senang karena aku tak perlu menunggu lama.
Ketika SIM akan diserahkan ke tanganku, tiba-tiba Bapak polisi yang baik itu berkata “tadi yang saya telepon ya (sambil tersenyum)???”, kontan saja saya pun tersenyum sambil berkata “ya, saya yang tadi SMS Pak.....hehehehe. Pembicaraan berlanjut, walaupun singkat, karena di belakangku masih banyak yang antri.
Setelah mendapatkan SIMku, maka aku mengucapkan “maturnuwun ngih Pak”, beberapa kali. Namun sayang, aku tak sempat bertanya nama beliau, aku pun tak sempat membaca nama yang melekat di seragam Bapak yang baik itu. Aku saja tak menyangka bahwa SMS yang aku kirim justru dibalas dengan telepon (jadi malu nih). Setelah bertatap muka pun beliau masih dalam keadaan ramah serta murah senyum seperti ketika bertatap suara.
Beberapa waktu lalu aku pernah mendengar bahwa Kapolda Jateng mencetuskan slogan “The Policing With Love”, ternyata hal ini dibuktikan oleh seorang Bapak polisi yang aku temui hari ini. Terimakasih Bapak yang santun dan bijak, semoga engkau selalu diberi kesehatan serta kebahagiaan bersama seluruh keluargamu, semoga slogan “The Policing With Love” selalu ada dalam kinerjamu, sehingga bukan hanya omong kosong atau tulisan semata...Amien...
Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih, walaupun saya tak tahu nama panjenengan. Berkat informasi dari Bapak, kini penantian saya akan SIM C yang telah lebih dari 1 bulan pun terhapuskan. Untung tadi pagi aku iseng kirim SMS. Untung juga ada Bapak polisi yang baik, berkenan membalas SMSku dengan telepon.
Setelah SMS terkirim, dalam benakku masih berkecamuk, kira-kira dibalas tidak ya? Atau jangan-jangan malah aku dimarahi (aku kan takut pada polisi).......hehehehe. Ternyata seluruh pradugaku sirna, beberapa detik setelah SMSku terkirim, tak ku sangka nomor itu malah meneleponku. Ya Allah, ada apa ini? Apa aku akan dimarahi karena telah mengirim SMS? Atau isi SMSku tak sopan? Namun dengan serta merta, ku angkat panggilan itu. Kalimat yang pertama aku ucapkan adalah “Assalamu’alaikum”, sembari hati ini masih dalam keadaan berdebar (aku kan takut pada polisi)........hehehehe. Wauw, ternyata yang menelepon aku adalah seorang “Bapak”.
Setelah Bapak polisi tersebut menjawab salamku dengan ramah, perasaanku jadi lega. Kemudian dengan santun dan bijak, Bapak polisi yang mungkin telah berusia lebih dari 45 tahun itu memulai pembicaraannya. Beliau berbicara dengan lembut (hingga rasa takutku sedikit berkurang), dengan menggunakan “boso kromo” beliau menyampaikan sesuatu. Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini “Halo mbak Ulyati Ismail Liana (namaku) di Desa Kejawan Rt 3 Rw 2 Kecamatan Tegowanu ya?? Ini SIM panjenengan sudah jadi, kalau mau diambil sekarang bisa, datang saja ke Polres”. Saya hanya menjawab singkat “nggih Pak”. Kemudian Bapak yang baik itu melanjutkan perkataannya “njenengan sekarang di mana mbak?”. Saya jawab “masih di rumah”. Kemudian beliau berkata lagi “lha apa mau diambil sekarang?” (masih berbicara dengan boso kromo). Saya jawab dengan singkat lagi “nggih Pak, diambil sekarang” (aku pun mengggunakan boso kromo dalam setiap pembicaraanku). Lalu beliau mengucapkan sesuatu yang sangat menyentuh “ya, nanti kalau perjalanan menuju Polres, HATI-HATI DI JALAN YA MBAK”. Subhanallah....dengan seketika perasaan takutku pada polisi sirna setelah mendengar kalimat itu. Setelah itu, aku pun dengan segera mengucapkan “maturnuwun nggih Pak”. Kemudian Bapak yang bijak itu mengakhiri pembicaraannya dengan mengucapkan salam, kemudian aku menjawabnya “Wa’alaikumsalam”. Kurang lebih demikianlah pembicaraan kami di telepon dalam beberapa menit.
Sekitar pukul 10.30 WIB, aku pun sampai di Polres untuk mengambil SIM. Ternyata yang melayani pengambilan SIM adalah Bapak polisi yang tadi pagi meneleponku bersama seorang rekannya di dalam ruangan. Awalnya pun aku tak tahu kalau yang ada di hadapanku adalah beliau yang berpesan padaku utuk hati-hati di jalan. Ketika sampai di loket, aku langsung saja menyampaikan bahwa ingin mengambil SIM, kemudian aku disuruh menunggu di kursi bersama pengambil yang lain. Hanya dalam waktu beberapa menit, aku pun dipanggil oleh beliau. Namun, aku sedikit merasa heran, kenapa aku yang dipanggil pertama, padahal ada yang antri sebelum aku? Entahlah, namun aku senang karena aku tak perlu menunggu lama.
Ketika SIM akan diserahkan ke tanganku, tiba-tiba Bapak polisi yang baik itu berkata “tadi yang saya telepon ya (sambil tersenyum)???”, kontan saja saya pun tersenyum sambil berkata “ya, saya yang tadi SMS Pak.....hehehehe. Pembicaraan berlanjut, walaupun singkat, karena di belakangku masih banyak yang antri.
Setelah mendapatkan SIMku, maka aku mengucapkan “maturnuwun ngih Pak”, beberapa kali. Namun sayang, aku tak sempat bertanya nama beliau, aku pun tak sempat membaca nama yang melekat di seragam Bapak yang baik itu. Aku saja tak menyangka bahwa SMS yang aku kirim justru dibalas dengan telepon (jadi malu nih). Setelah bertatap muka pun beliau masih dalam keadaan ramah serta murah senyum seperti ketika bertatap suara.
Beberapa waktu lalu aku pernah mendengar bahwa Kapolda Jateng mencetuskan slogan “The Policing With Love”, ternyata hal ini dibuktikan oleh seorang Bapak polisi yang aku temui hari ini. Terimakasih Bapak yang santun dan bijak, semoga engkau selalu diberi kesehatan serta kebahagiaan bersama seluruh keluargamu, semoga slogan “The Policing With Love” selalu ada dalam kinerjamu, sehingga bukan hanya omong kosong atau tulisan semata...Amien...
Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih, walaupun saya tak tahu nama panjenengan. Berkat informasi dari Bapak, kini penantian saya akan SIM C yang telah lebih dari 1 bulan pun terhapuskan. Untung tadi pagi aku iseng kirim SMS. Untung juga ada Bapak polisi yang baik, berkenan membalas SMSku dengan telepon.
Senin, 16 Maret 2009
Demo = Anarkis ???
Mengapa beberapa masyarakat cenderung lebih memilih kekerasan untuk menyikapi sebuah permasalahan ataupun polemik yang timbul? Jika ingin mengutarakan pendapat, bisa saja disampaikan dengan cara yang santun, duduk bersama dan berbicara dari hati ke hati sambil mencari solusi. Jangan memecahkan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Demonstrasi boleh saja, asalkan tetap damai sehingga pada akhirnya bisa menemukan jalan keluar. Namun sayang, sebagian besar kegiatan demonstrasi jusrtu menambah permasalahan. Walaupun masih ada beberapa pendemo yang berkenan melakukan aksi damai dalam pelaksanaannya, yang diselingi dengan mengadakan doa bersama.
Dengan banyaknya kasus kerusuhan yang ditimbulkan adanya demonstrasi, mengakibatkan fasilitas umum banyak yang rusak. Memang tidak etis jka harus menuduh oknum tertentu sebagai pelaku yang sering berdemo dengan cara yang anarkis. Namun jika menengok beberapa kejadian yang ada, sebagian pendemo anarkis selalu mengatasnamakan kelompok, golongan, ataupun organisasi massa tertentu.
Kesadaran Diri
Pernahkah oknum tertentu yang berdemo secara anarkis berpikir bahwa tindakan yang mereka lakukan dapat merugikan banyak orang. Ibarat memancing di air keruh, bukan ikan yang didapat melainkan hanya sampah. Bukan solusi atau pemecahan serta jalan keluar dari problema yang ada, namun tambahan masalah baru yang lebih memberatkan.
Seperti halnya demo di jalan raya yang bisa mengakibatkan macet sehingga mengganggu kenyamanan orang berlalu lintas. Berdemo di depan gedung Pemerintah pun bisa mengganggu kinerja orang-orang di dalamnya, apalagi jika dibarengi dengan perusakan fasilitas umum. Sudahkah pendemo-pendemo anarkis itu membayar pajak guna pembangunan fasilitas umum? Mengapa dengan egois mereka merusaknya, apakah para pendemo anarkis merasa mampu membeli / membangun fasilitas umum maupun fasilitas pribadi yang telah mereka rusak? Tidak hanya gedung milik Pemerintah, mobil dinas, serta beberapa fasilitas umum lainnya, namun terkadang fasilitas pribadi milik beberapa pihak yang tidak berdosa ikut menjadi korban akibat adanya kerusuhan dari demonstrasi anarkis.
Sebagian pendemo anarkis dapat dipastikan belum mampu, bahkan tidak akan mampu membeli atau membiayai pembangumnan fasilitas yang telah dirusak ketika berdemonstrasi. Karena kebanyakan dari pendemo anarkis masih belum merasakan susahnya mencari nafkah. Bahkan menncari uang sepeser pun belum mampu karena sekalipun belum pernah bekerja, masih mengandalkan uang orang tua. Di sisi lain, kondisi jiwa dari pendemo anarkis cenderung dalam keadaan labil dan sulit berpikir dewasa. Bukannya ikut menjaga dan merawat fasilitas yang sudah susah payah dibangun oleh negara, akan tetapi malah dirusak dengan semena-mena dalam waktu seketika.
Pendidikan
Seharusnya dengan semakin tinggi jenjang dalam menempuh pendidikan, maka semakin maju dan cerdas pula cara berpikirnya. Namun apa yang terjadi belakangan ini tidaklah demikian, banyak orang-orang yang dianggap pintar, akan tetapi tidak mampu berpikir secara pintar. Kalau hanya berteriak-teriak atau orasi di depan sebuah gedung Pemerintah atau di jalan-jalan protokol pasti hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi yang lebih dibutuhkan guna mengatasi permasalahan bukanlah “keluhan”, “penumpahan rasa kecewa”, “menuntut oknum tertentu pensiun dini dari jabatannya”, atau “hanya berorasi menyudutkan pihak tertentu” yang pada akhirnya semua itu tidak menghasilkan solusi namun menambah beratnya masalah yang sudah terjadi.
Selayaknya orang berpendidikan tinggi atau sedang dalam proses menempuh pendidikan di atas tingkat SMA, seharusnya berusaha memanfaatkan ilmu yang telah dipelajari guna membantu memecahkan persoalan yang telah menyengsarakan banyak pihak khususnya kaum lemah. Jangan hanya menuntut, tapi cobalah membantu dengan menyumbangkan tenaga, pikiran, serta ide-ide cemerlang yang bisa digunakan untuk mengurangi bahkan mengatasi problema yang dialami masyarakat. Memang kemampuan seseorang berbeda-beda dan terbatas, jadi tidak semua mampu memberikan sumbang sih yang berarti. Jika begitu keadaannya, marilah berusaha dengan bersikap baik serta mendukung atau memberi semangat dan tentunya melakukan tugas sebagaimana orang yang sedang menempuh pendidikan.
Teknologi semakin canggih, pendidikan pun semakin maju. Untuk menyelesaikan masalah jangan lagi dengan emosional yang berujung pada kekerasan. Sudah cukup banyak kerusakan yang terjadi akibat aksi anarkis, bahkan tidak hanya menimbulkan korban luka, namun banyak korban nyawa. Manfaatkanlah kemajuan teknologi dan dunia pendidikan untuk berpikir cerdas serta rasional. Jangan sia-aiakan masa depan hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau merugikan. Mari STOP KEKERASAN, pakai otak dan hati nurani untuk menyelesaikan masalah agar tidak menimbulkan masalah……………!!!
Dengan banyaknya kasus kerusuhan yang ditimbulkan adanya demonstrasi, mengakibatkan fasilitas umum banyak yang rusak. Memang tidak etis jka harus menuduh oknum tertentu sebagai pelaku yang sering berdemo dengan cara yang anarkis. Namun jika menengok beberapa kejadian yang ada, sebagian pendemo anarkis selalu mengatasnamakan kelompok, golongan, ataupun organisasi massa tertentu.
Kesadaran Diri
Pernahkah oknum tertentu yang berdemo secara anarkis berpikir bahwa tindakan yang mereka lakukan dapat merugikan banyak orang. Ibarat memancing di air keruh, bukan ikan yang didapat melainkan hanya sampah. Bukan solusi atau pemecahan serta jalan keluar dari problema yang ada, namun tambahan masalah baru yang lebih memberatkan.
Seperti halnya demo di jalan raya yang bisa mengakibatkan macet sehingga mengganggu kenyamanan orang berlalu lintas. Berdemo di depan gedung Pemerintah pun bisa mengganggu kinerja orang-orang di dalamnya, apalagi jika dibarengi dengan perusakan fasilitas umum. Sudahkah pendemo-pendemo anarkis itu membayar pajak guna pembangunan fasilitas umum? Mengapa dengan egois mereka merusaknya, apakah para pendemo anarkis merasa mampu membeli / membangun fasilitas umum maupun fasilitas pribadi yang telah mereka rusak? Tidak hanya gedung milik Pemerintah, mobil dinas, serta beberapa fasilitas umum lainnya, namun terkadang fasilitas pribadi milik beberapa pihak yang tidak berdosa ikut menjadi korban akibat adanya kerusuhan dari demonstrasi anarkis.
Sebagian pendemo anarkis dapat dipastikan belum mampu, bahkan tidak akan mampu membeli atau membiayai pembangumnan fasilitas yang telah dirusak ketika berdemonstrasi. Karena kebanyakan dari pendemo anarkis masih belum merasakan susahnya mencari nafkah. Bahkan menncari uang sepeser pun belum mampu karena sekalipun belum pernah bekerja, masih mengandalkan uang orang tua. Di sisi lain, kondisi jiwa dari pendemo anarkis cenderung dalam keadaan labil dan sulit berpikir dewasa. Bukannya ikut menjaga dan merawat fasilitas yang sudah susah payah dibangun oleh negara, akan tetapi malah dirusak dengan semena-mena dalam waktu seketika.
Pendidikan
Seharusnya dengan semakin tinggi jenjang dalam menempuh pendidikan, maka semakin maju dan cerdas pula cara berpikirnya. Namun apa yang terjadi belakangan ini tidaklah demikian, banyak orang-orang yang dianggap pintar, akan tetapi tidak mampu berpikir secara pintar. Kalau hanya berteriak-teriak atau orasi di depan sebuah gedung Pemerintah atau di jalan-jalan protokol pasti hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi yang lebih dibutuhkan guna mengatasi permasalahan bukanlah “keluhan”, “penumpahan rasa kecewa”, “menuntut oknum tertentu pensiun dini dari jabatannya”, atau “hanya berorasi menyudutkan pihak tertentu” yang pada akhirnya semua itu tidak menghasilkan solusi namun menambah beratnya masalah yang sudah terjadi.
Selayaknya orang berpendidikan tinggi atau sedang dalam proses menempuh pendidikan di atas tingkat SMA, seharusnya berusaha memanfaatkan ilmu yang telah dipelajari guna membantu memecahkan persoalan yang telah menyengsarakan banyak pihak khususnya kaum lemah. Jangan hanya menuntut, tapi cobalah membantu dengan menyumbangkan tenaga, pikiran, serta ide-ide cemerlang yang bisa digunakan untuk mengurangi bahkan mengatasi problema yang dialami masyarakat. Memang kemampuan seseorang berbeda-beda dan terbatas, jadi tidak semua mampu memberikan sumbang sih yang berarti. Jika begitu keadaannya, marilah berusaha dengan bersikap baik serta mendukung atau memberi semangat dan tentunya melakukan tugas sebagaimana orang yang sedang menempuh pendidikan.
Teknologi semakin canggih, pendidikan pun semakin maju. Untuk menyelesaikan masalah jangan lagi dengan emosional yang berujung pada kekerasan. Sudah cukup banyak kerusakan yang terjadi akibat aksi anarkis, bahkan tidak hanya menimbulkan korban luka, namun banyak korban nyawa. Manfaatkanlah kemajuan teknologi dan dunia pendidikan untuk berpikir cerdas serta rasional. Jangan sia-aiakan masa depan hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau merugikan. Mari STOP KEKERASAN, pakai otak dan hati nurani untuk menyelesaikan masalah agar tidak menimbulkan masalah……………!!!
Belajar Bernyanyi dari Odhong-odhong
Odhong-odhong adalah sebuah permainan yang tidak asing lagi bagi anak-anak saat ini. Sebuah permainan yang selalu diiringi dengan musik serta nyanyian. Bisa berbentuk mobil-mobilan, perahu, kursi, binatang kuda, atau yang lainnya. Berbagai bentuk tersebut digerakkan sebagaimana orang mengayuh becak. Sebenarnya hampir sama dengan permainan-permainan yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan modern saat ini, atau biasa dikenal dengan sebutan mall. Mungkin bedanya, jika di mall mampu bergerak hanya dengan memasukkan koin, tanpa harus dikayuh tenaga manusia. Selain itu, odhong-odhong biasanya dinaiki berkeliling di suatu tempat, misalnya di sebuah desa atau daerah pemukiman. Seperti halnya di beberapa desa yang berlokasi di kecamatan Tegowanu, permainan odhong-odhong sudah tidak asing lagi. Hampir setiap sore, di setiap desa dikunjungi permainan tersebut. Cukup hanya dengan membayar tarif sebesar Rp500,00 hingga Rp1.000,00 untuk sekali berkeliling per anak.
Setiap kedatangan odhong-odhong selalu ditandai dengan alunan lagu anak-anak yang cukup meriah, sehingga dengan cepat anak-anak bisa tahu bahwa permainan yang mereka tunggu telah datang. Itulah salah satu keistimewaan permainan odhong-odhong, anak-anak bisa dengan gembira menaikinya sembari dihibur dengan lagu-lagu yang memang layak mereka dengar sesuai dengan usia mereka. Meskipun itu lagu-lagu lawas, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak menikmati kegembiraan mereka. Sambil menaiki odhong-odhong, anak-anak pun bisa menirukan serta mempelajari lagu-lagu yang mereka dengar ketika itu.
Musik
Perkembangan industri musik di Indonesia saat ini memang sangat pesat. Terbukti dengan munculnya banyak grup band baru, penyanyi solo, duet, trio, dan lain sebagainya. Namun sayang, sebagian besar hanya mengusung tema-tema yang hanya layak didengar telinga orang dewasa. Misalnya tema percintaan, perselingkuhan, dendam, putus asa, dan lainnya. Jarang sekali muncul pendatang baru yang membawakan lagu anak-anak, bahkan hampir tidak terlihat munculnya penyanyi-penyanyi cilik baru. Mungkin ada beberapa stasiun televisi yang mengadakan audisi penyanyi cilik, akan tetapi sebagian dari mereka justru menyanyikan lagu-lagu dewasa yang saat ini sedang booming. Sungguh ironis, dengan talenta besar yang mereka miliki justru tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya jika anak-anak menyanyikan lagu anak-anak, bukan lagu orang dewasa.
Lagu Anak-Anak
Berbeda sekali dengan masa tahun 90-an, ketika itu dengan mudah kita dapat memperoleh kaset yang berisi lagu anak-anak dari penyanyi anak-anak. Seperti Enno Lerian, Trio Kwek-Kwek, Chikita Meidy, Melisssa, Tasya Kamila, Saskia, Geofany, Tina Toon, Dea Ananda, Leony, dan banyak lagi lainnya. Ketika itu anak-anak bisa mendengarkan lagu yang memang sesuai usia mereka, tidak seperti sekarang anak-anak justru mendengarkan lagu-lagu untuk orang dewasa. Bahkan sebagian besar anak-anak sangat fasih menirukan lagu-lagu orang dewasa yang mereka dengar baik dari televisi, radio, atau media lainnya.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita berterimakasih pada para “tukang odhong-odhong” yang secara tidak langsung telah membantu melestarikan lagu anak-anak yang dulu pernah berjaya. Misalnya balonku ada lima, pelangi, bintang kecil, nyamuk nakal, bolo-bolo, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan terkadang ’tukang odhong-odhong” pun memutar beberapa lagu-lagu kebangsaan. Sunguh hal kecil namun bermakna, walau kadang masyarakat tidak menyadarinya. Ternyata keberadaan permainan odhonh-odhong yang penuh kesederhanaan telah berperan positif dalam perkembangan putera puteri kita. Setidaknya anak-anak bisa mengenal serta mempelajari lagu-lagu anak-anak yang sesuai usia mereka. Selain itu pun mengerti sedikit mengenai lagu kebangsaan negara kita yang telah mereka dengar ketika bermain odhong-odhong. Ya, sambil berenang minum air, sambil bermain odhong-odhong pun bisa sambil belajar bernyanyi.
Setiap kedatangan odhong-odhong selalu ditandai dengan alunan lagu anak-anak yang cukup meriah, sehingga dengan cepat anak-anak bisa tahu bahwa permainan yang mereka tunggu telah datang. Itulah salah satu keistimewaan permainan odhong-odhong, anak-anak bisa dengan gembira menaikinya sembari dihibur dengan lagu-lagu yang memang layak mereka dengar sesuai dengan usia mereka. Meskipun itu lagu-lagu lawas, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak menikmati kegembiraan mereka. Sambil menaiki odhong-odhong, anak-anak pun bisa menirukan serta mempelajari lagu-lagu yang mereka dengar ketika itu.
Musik
Perkembangan industri musik di Indonesia saat ini memang sangat pesat. Terbukti dengan munculnya banyak grup band baru, penyanyi solo, duet, trio, dan lain sebagainya. Namun sayang, sebagian besar hanya mengusung tema-tema yang hanya layak didengar telinga orang dewasa. Misalnya tema percintaan, perselingkuhan, dendam, putus asa, dan lainnya. Jarang sekali muncul pendatang baru yang membawakan lagu anak-anak, bahkan hampir tidak terlihat munculnya penyanyi-penyanyi cilik baru. Mungkin ada beberapa stasiun televisi yang mengadakan audisi penyanyi cilik, akan tetapi sebagian dari mereka justru menyanyikan lagu-lagu dewasa yang saat ini sedang booming. Sungguh ironis, dengan talenta besar yang mereka miliki justru tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya jika anak-anak menyanyikan lagu anak-anak, bukan lagu orang dewasa.
Lagu Anak-Anak
Berbeda sekali dengan masa tahun 90-an, ketika itu dengan mudah kita dapat memperoleh kaset yang berisi lagu anak-anak dari penyanyi anak-anak. Seperti Enno Lerian, Trio Kwek-Kwek, Chikita Meidy, Melisssa, Tasya Kamila, Saskia, Geofany, Tina Toon, Dea Ananda, Leony, dan banyak lagi lainnya. Ketika itu anak-anak bisa mendengarkan lagu yang memang sesuai usia mereka, tidak seperti sekarang anak-anak justru mendengarkan lagu-lagu untuk orang dewasa. Bahkan sebagian besar anak-anak sangat fasih menirukan lagu-lagu orang dewasa yang mereka dengar baik dari televisi, radio, atau media lainnya.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita berterimakasih pada para “tukang odhong-odhong” yang secara tidak langsung telah membantu melestarikan lagu anak-anak yang dulu pernah berjaya. Misalnya balonku ada lima, pelangi, bintang kecil, nyamuk nakal, bolo-bolo, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan terkadang ’tukang odhong-odhong” pun memutar beberapa lagu-lagu kebangsaan. Sunguh hal kecil namun bermakna, walau kadang masyarakat tidak menyadarinya. Ternyata keberadaan permainan odhonh-odhong yang penuh kesederhanaan telah berperan positif dalam perkembangan putera puteri kita. Setidaknya anak-anak bisa mengenal serta mempelajari lagu-lagu anak-anak yang sesuai usia mereka. Selain itu pun mengerti sedikit mengenai lagu kebangsaan negara kita yang telah mereka dengar ketika bermain odhong-odhong. Ya, sambil berenang minum air, sambil bermain odhong-odhong pun bisa sambil belajar bernyanyi.
Tulisan Iseng
"Dosa yang Nikmat"
'Dosa yang Nikmat'
Upz,,dosa kok nikmat??
Astaghfirullahaladzim...
Ehm...ehm...Ehm
Tere aja punya lagu judulnya 'dosa termanis',,
boleh dong...aku bikin tulisan tentang 'dosa yang nikmat'???
Eiiiiiiitz,,tunggu dulu kawan.
Kalian sangat diperkenankan berpikir negatif kok,,namanya dosa,,dalam bentuk apapun ya tidak ada yang positif.
Tapi kalian jangan punya persepsi 'jorok' dulu.
Karena jika kalian punya persepsi demikian hanya karena membaca rangkaian kata 'dosa yang nikmat',,maka karakter kamu akan mudah tertebak^_^
'Dosa yang Nikmat' itu beranekarupa,,tergantung 'penikmatnya'.
Misal saja 'berbohong,mencuri,atau mengkonsumsi narkoba'.
Ketiganya merupakan perbuatan dosa.Ya to???
Namun ketiganya pun bisa mendapat predikat 'dosa yang nikmat' karena ada penikmatnya.
Bagi mereka yang terbiasa melakukan dosa tersebut akan merasa kecanduan hingga menjadikan itu sebagai kenikmatan yang sesat.
Kalau 'dosa yang nikmat' versi aku,,kira-kira apa ya???Terus kalau versi kalian apa???
Gimana caranya meninggalkan 'dosa yang nikmat'???
Kenapa selalu muncul hasrat untuk mengulangi 'dosa yang nikmat'???
'Dosa yang Nikmat'
Upz,,dosa kok nikmat??
Astaghfirullahaladzim...
Ehm...ehm...Ehm
Tere aja punya lagu judulnya 'dosa termanis',,
boleh dong...aku bikin tulisan tentang 'dosa yang nikmat'???
Eiiiiiiitz,,tunggu dulu kawan.
Kalian sangat diperkenankan berpikir negatif kok,,namanya dosa,,dalam bentuk apapun ya tidak ada yang positif.
Tapi kalian jangan punya persepsi 'jorok' dulu.
Karena jika kalian punya persepsi demikian hanya karena membaca rangkaian kata 'dosa yang nikmat',,maka karakter kamu akan mudah tertebak^_^
'Dosa yang Nikmat' itu beranekarupa,,tergantung 'penikmatnya'.
Misal saja 'berbohong,mencuri,atau mengkonsumsi narkoba'.
Ketiganya merupakan perbuatan dosa.Ya to???
Namun ketiganya pun bisa mendapat predikat 'dosa yang nikmat' karena ada penikmatnya.
Bagi mereka yang terbiasa melakukan dosa tersebut akan merasa kecanduan hingga menjadikan itu sebagai kenikmatan yang sesat.
Kalau 'dosa yang nikmat' versi aku,,kira-kira apa ya???Terus kalau versi kalian apa???
Gimana caranya meninggalkan 'dosa yang nikmat'???
Kenapa selalu muncul hasrat untuk mengulangi 'dosa yang nikmat'???
Catatan Kecil
"Berandai-andai aaaaaah"
Seandainya acara televisi yang dipenuhi jamur infotaiment//gosip itu dibasmi???
Seandainya semakin banyak acara yang menyentuh hati pemirsa,,mengetuk kalbu hingga menghadirkan kesadaran tentang sisi lain kehidupan.
Misalnya saja acara (reality show) berikut:
Tukar Nasib (SCTV)
Jika Aku Menjadi (Trans TV)
Tolong (RCTI)
Bedah Rumah (RCTI)
Acara berbau kemanusiaan,,acara yang memperlihatkan kenyataan hidup yang getir,,bahwa tak semua manusia merasakan gelimang harta.
Daripada nonton gosip nikah siri,,perceraian artis,,mending nonton acara yang bisa bikin kita sadar serta peduli terhadap penderitaan orang lain.
Seandainya acara televisi yang dipenuhi jamur infotaiment//gosip itu dibasmi???
Seandainya semakin banyak acara yang menyentuh hati pemirsa,,mengetuk kalbu hingga menghadirkan kesadaran tentang sisi lain kehidupan.
Misalnya saja acara (reality show) berikut:
Tukar Nasib (SCTV)
Jika Aku Menjadi (Trans TV)
Tolong (RCTI)
Bedah Rumah (RCTI)
Acara berbau kemanusiaan,,acara yang memperlihatkan kenyataan hidup yang getir,,bahwa tak semua manusia merasakan gelimang harta.
Daripada nonton gosip nikah siri,,perceraian artis,,mending nonton acara yang bisa bikin kita sadar serta peduli terhadap penderitaan orang lain.
Kumpulan Puisi Nana
"Getir"
Saat memandang ke samping,
Tak ku rasakan hal yang berarti,
Semua biasa saja,
Ketika ku mendongak ke atas,
Ku rasa miliknya lebih istimewa,
Besar rasa tuk menginginkannya,
Namun kala ku mengintip di bawah sana ,
Oh… hatiku ternyata sedikit pilu,
Tak ku sangka masih banyak kaum papa,
Tak cukup teraniyaya, bahkan sampai menderita
Mengapa banyak rasa dalam hidup,
Tapi hanya getir lah sang penguasa.
"Dilema"
Bagai makan buah simalakama,
Laksana Adam yang bimbang,
Atas permintaan Hawa,
Buah Khuldi ataukah Surga,
Inilah bimbang yang mendera,
Sepanjang asa,
Sepanjang masa,
Tentukan pilihan dengan segera,
Meski ragu meraja,
Agar kelak tak ada sesal,
Yang terasa.
"Bahagia dalam Gempita"
Sungguh senang dan riang,
Serasa hidup tanpa beban,
Bagai melayang-layang di angkasa,
Mata pun berbinar tiada tara,
Hati pun penuh dengan tawa,
Hingga bintang begitu terang bersinar,
Mengiringi rasa bahagia dalam gempita.
"Perjalanan"
Jauh kaki ini melangkah,
Letih tubuh ini melanglangbuana,
Semua dimensi telah disusuri,
Mencari esensi hidup di dunia,
Tapi sampai kapan,
Semua dapat diraih,
Sedang tiap detik,
Semua menjadi tak sama lagi,
Seberapa jauh harus terus berlari,
Sampai kapan harus terus mencari,
Mendapat keinginan diri.
"Kenapa dan Mengapa"
Kenapa ada sebagian kaum berjakun yang semena-mena menertawakan perempuan hanya karena ketidaksempurnaan fisiknya??Tak sadarkah bahwasanya mereka telah terlahir dari kaum (ber)rahim.
Memangnya apa tolak ukur ketidaksempurnaan atas kaum hawa???
Kurang cantik??
Kurang seksi??
Kurang mulus??
Oooh Tuhan,,mengapa mereka menggunakan itu sebagai patokan???
Sunggung picik jalan pikirannya.
Mengapa ada segelintir kaum ibu dengan tega menelantarkan serta mengabaikan keluarganya hanya demi karier atau profesi???
Tak ingatkah mereka sesungguhnya keluarga adalah bagian dari kewajibannya.
Entah demi profesi atau sesuap nasi,,terkadang aku bingung dibuatnya.
Bukankah mencari sesuap nasi telah diusahakan para lelaki??
Bukankah hendaknya perempuan menjaga buah hati??
Bukan malah mengabaikan hanya demi profesi.
Kenapa banyak darah daging yang leluasa durhaka pada orang tuanya??Kenapa dengan lenggang kangkung mereka mencetak dosa??
Apa mereka belum tau,,bahwa orang tuanya berandil besar dalam eksistensi mereka di bumi ini??
Betapa tak inginkah mereka melebur dosa??
"Kekhawatiran Ku"
Khawatir atau takut kah aku??
Ya Allah,,mengapa sejak usia hamba berkepala dua,,hamba merasakan banyak hal.
Gelisah
Bimbang
Ragu
Takut
Khawatir
Menghadapi masa depan.
Menjalani sisa umur yang kian berkurang.
Kekhawatiran yang berlebih,,telah 2 tahun melekat di jiwa hamba ya Allah.
Hingga khawatir pun menjelma menjadi takut dengan berjuta alasan.
Ternyata banyak hal serta peristiwa baru yang perlu aku titi dengan hati-hati.
Jenjang demi jenjang harus segera ku lalui seiring berlalunya waktu.
Wisuda sudah,,
Mendapat pekerjaan tinggal selangkah,,
Selanjutnya??????????
Tanda tanya tumbuh kian besar di angan.
Semakin besar...Semakin besar...Semakin besar...
Hamba takut salah melangkah,,keliru memilih sesuatu yang layaknya sekali seumur hidup.
Sesuatu yang sakral serta bukan permainan.
Ya Allah,,tunjukkan hamba jalan yang terbaik.
Musnahkan rasa yang menyiksa itu ya Allah.
...Amien...Amien...Amien...
"Dunia Maya.....Dunia Nyata....."
Maya...Nyata...Maya...Nyata
Kala musim dingin,ku dengar tulangku meronta,
Ngilu...Ngilu...Ngilu...
Tolong...Tolong...Tolong...
Saat memandang ke samping,
Tak ku rasakan hal yang berarti,
Semua biasa saja,
Ketika ku mendongak ke atas,
Ku rasa miliknya lebih istimewa,
Besar rasa tuk menginginkannya,
Namun kala ku mengintip di bawah sana ,
Oh… hatiku ternyata sedikit pilu,
Tak ku sangka masih banyak kaum papa,
Tak cukup teraniyaya, bahkan sampai menderita
Mengapa banyak rasa dalam hidup,
Tapi hanya getir lah sang penguasa.
"Dilema"
Bagai makan buah simalakama,
Laksana Adam yang bimbang,
Atas permintaan Hawa,
Buah Khuldi ataukah Surga,
Inilah bimbang yang mendera,
Sepanjang asa,
Sepanjang masa,
Tentukan pilihan dengan segera,
Meski ragu meraja,
Agar kelak tak ada sesal,
Yang terasa.
"Bahagia dalam Gempita"
Sungguh senang dan riang,
Serasa hidup tanpa beban,
Bagai melayang-layang di angkasa,
Mata pun berbinar tiada tara,
Hati pun penuh dengan tawa,
Hingga bintang begitu terang bersinar,
Mengiringi rasa bahagia dalam gempita.
"Perjalanan"
Jauh kaki ini melangkah,
Letih tubuh ini melanglangbuana,
Semua dimensi telah disusuri,
Mencari esensi hidup di dunia,
Tapi sampai kapan,
Semua dapat diraih,
Sedang tiap detik,
Semua menjadi tak sama lagi,
Seberapa jauh harus terus berlari,
Sampai kapan harus terus mencari,
Mendapat keinginan diri.
"Kenapa dan Mengapa"
Kenapa ada sebagian kaum berjakun yang semena-mena menertawakan perempuan hanya karena ketidaksempurnaan fisiknya??Tak sadarkah bahwasanya mereka telah terlahir dari kaum (ber)rahim.
Memangnya apa tolak ukur ketidaksempurnaan atas kaum hawa???
Kurang cantik??
Kurang seksi??
Kurang mulus??
Oooh Tuhan,,mengapa mereka menggunakan itu sebagai patokan???
Sunggung picik jalan pikirannya.
Mengapa ada segelintir kaum ibu dengan tega menelantarkan serta mengabaikan keluarganya hanya demi karier atau profesi???
Tak ingatkah mereka sesungguhnya keluarga adalah bagian dari kewajibannya.
Entah demi profesi atau sesuap nasi,,terkadang aku bingung dibuatnya.
Bukankah mencari sesuap nasi telah diusahakan para lelaki??
Bukankah hendaknya perempuan menjaga buah hati??
Bukan malah mengabaikan hanya demi profesi.
Kenapa banyak darah daging yang leluasa durhaka pada orang tuanya??Kenapa dengan lenggang kangkung mereka mencetak dosa??
Apa mereka belum tau,,bahwa orang tuanya berandil besar dalam eksistensi mereka di bumi ini??
Betapa tak inginkah mereka melebur dosa??
"Kekhawatiran Ku"
Khawatir atau takut kah aku??
Ya Allah,,mengapa sejak usia hamba berkepala dua,,hamba merasakan banyak hal.
Gelisah
Bimbang
Ragu
Takut
Khawatir
Menghadapi masa depan.
Menjalani sisa umur yang kian berkurang.
Kekhawatiran yang berlebih,,telah 2 tahun melekat di jiwa hamba ya Allah.
Hingga khawatir pun menjelma menjadi takut dengan berjuta alasan.
Ternyata banyak hal serta peristiwa baru yang perlu aku titi dengan hati-hati.
Jenjang demi jenjang harus segera ku lalui seiring berlalunya waktu.
Wisuda sudah,,
Mendapat pekerjaan tinggal selangkah,,
Selanjutnya??????????
Tanda tanya tumbuh kian besar di angan.
Semakin besar...Semakin besar...Semakin besar...
Hamba takut salah melangkah,,keliru memilih sesuatu yang layaknya sekali seumur hidup.
Sesuatu yang sakral serta bukan permainan.
Ya Allah,,tunjukkan hamba jalan yang terbaik.
Musnahkan rasa yang menyiksa itu ya Allah.
...Amien...Amien...Amien...
"Dunia Maya.....Dunia Nyata....."
Maya...Nyata...Maya...Nyata
Nyata...Maya...Nyata...May a
Maya...Maya...Nyata...Nyat a
Apa bedanya??
Entahlah.....
Mereka bilang dunia maya luas.
Sangat luas bahkan.
Tapi mengapa justru dengan mudah kita menemukan "sesuatu" di sana.
Menemukan pengetahuan.
Menemukan kawan lama.
Menemukan teman baru.
Menemukan apapun yang kita cari.
Menemukan apapun yang kita butuhkan.
Menemukan apapun yang kita inginkan.
Tanpa batas ruang dan waktu.
Lalu bagaimana dengan dunia nyata??
Apakah di sana kita tak leluasa bergerak??
Apakah kita akan terasa sulit menemukan "sesuatu"??
Entahlah.....hanya kata itu yang mampu terluncur dari otak serta bibir ini.
Yang aku tahu,di dunia ini ada persamaan dan perbedaan.
Ada kelebihan serta kekurangan.
Biarlah semua menjadi apa adanya.
Seperti yang seharusnya.
"Tulang Tertusuk Dingin"
Tulangku penopang badanku,Maya...Maya...Nyata...Nyat
Apa bedanya??
Entahlah.....
Mereka bilang dunia maya luas.
Sangat luas bahkan.
Tapi mengapa justru dengan mudah kita menemukan "sesuatu" di sana.
Menemukan pengetahuan.
Menemukan kawan lama.
Menemukan teman baru.
Menemukan apapun yang kita cari.
Menemukan apapun yang kita butuhkan.
Menemukan apapun yang kita inginkan.
Tanpa batas ruang dan waktu.
Lalu bagaimana dengan dunia nyata??
Apakah di sana kita tak leluasa bergerak??
Apakah kita akan terasa sulit menemukan "sesuatu"??
Entahlah.....hanya kata itu yang mampu terluncur dari otak serta bibir ini.
Yang aku tahu,di dunia ini ada persamaan dan perbedaan.
Ada kelebihan serta kekurangan.
Biarlah semua menjadi apa adanya.
Seperti yang seharusnya.
"Tulang Tertusuk Dingin"
Kala musim dingin,ku dengar tulangku meronta,
Ngilu...Ngilu...Ngilu...
Tolong...Tolong...Tolong...
Aduh...Aduh...Aduh...
Ada apa gerangan dengan tulangku??
Ku pun bertanya pada sang tulang,
Jawaban yang ku dapat ternyata sang tulang kini tertindas,
Hawa dingin menghunus kejam sang tulang,
Sungguh tak berperikemanusiaan...!!!
Dingin semena-mena menyerang,menghantam seluruh tulangku hingga tak berdaya,
Setiap saat tulang berteriak:
"Wahai dingin,,jangan sakiti aku terus!!!"
Ooooh.....tak tega sungguh aku mendengarnya,
Sang tulangku yang teraniyaya hingga menjalar ke sumsumnya,
Walau telah ku selimuti dengan kehangatan yang tebal,
Namun sang dingin tetap jadi pemenangnya.
"Mentari Tertunduk pada Hujan"
Kian hari ku lihat langit kian suram,
Senyumnya musnah seiring ketidakberdayaan sang mentari,
Hujan yang kian meraja,
Membuat mentari pun tak sanggup walau sekedar meronta,
Luluh,lenyap,bahkan sirna tak kuasa ditolak,
Mentari tak mampu bertindak demi eksistensinya,
Mentari hanya tertunduk pada sang hujan,
Ooooh.....mengapa ini??
Air yang kini berkuasa,
Air menguasai daratan,
Air menyerbu,menggempur, pertahanan tanggul,
Bagaimana ini Tuhan??
Bagaimana jika terus berlanjut??
Haruskah kami bergelimang air bah yang bukan berkah??
Ya.....banjir
Banjir.....Banjir.....
Tuhan,,,,,
Buatlah mentari kembali bersinar,
Agar tak lagi hanya tertunduk pada hujan,
Buatlah air tak lagi merajalela,
Mengikis sang surya yang kian tak berdaya.
"Reinkarnasi Kesabaran"
Ibu...Ibu...Ibu
Kenapa tak kau hujat aku?
Kenapa tak kau maki aku?
Kenapa tak kau hukum aku?
Aku sang buah hati yang selalu melawan ibu,
Ucapan serta tingkahku bagai pedang tajam yang menghunus perasaanmu,
Dalam setiap hembusan nafas,
Ku selalu melakukan kenakalan,
Dalam setiap detak jantung,
Ku selalu menyakiti hati ibu,
Dalam setiap langkah kaki,
Ku selalu membuat ibu jengkel,
Aku seharusnya tak layak kau beri kasih sayang sebesar ini,
Aku hanya rayap yang menggerogoti kesabaranmu,
Ibu...Ibu...Ibu
Sampai berapa kali lagi kesabaranmu akan bereinkarnasi,
Untuk menghadapi anakmu yang tak berguna ini,
Aku yang acap kali membuat ibu terluka,
Namun ibu tetap senantiasa menyelimutiku dengan kesabaran,
Maafkan aku ibundaku tersayang.
"Sang Cinta yang Terpuruk"
Menitik air mata,menghujam keras perasaan.
Hati terlebur dalam lara.
Kala ku saksikan belahan jiwa meronta,tak tahan,lemah,serta kian hancur.
Sayang...gerangan apa yang membuatmu terperosok tak berdaya??
Kurang kah kasih dariku??
Hingga kau seperti ini...
Ku ingin kau kembali jadi pahlawanku, yang tak pernah lekang terkikis rayap kehidupan.
Karena ketegaranmu adalah tombak hidupku.
Ku ingin melangkah maju bersamamu,menapaki masa depan yang kini mulai ku rajut.
Ku tak mau hanya sendiri,karena tanpamu membuatku jadi tak mampu.
"Kenangan Menjelma jadi Ilusi"
Keindahan yang sulit terlupakan,
Walau lama telah berlalu,namun tak usang terusik zaman,
Kian hari kian tumbuh,menjadi semangat kehidupan,
Kenangan indah bersamamu kian menyelimuti hari-hariku menjadi berjuta ilusi yang menggema di otakku,
Senang rasanya,walau itu sekedar ilusi yang terlahir kembali oleh kenangan di masa lalu,
Sang pujangga yang dulu setia di setiap detik nafasku,di setiap lelah langkahku,
Kau akan tetap bernyawa dalam hatiku,
Kau akan tetap terpatri dalam jiwaku,
Terimakasih ilusiku teruntuk kenanganku...
Ada apa gerangan dengan tulangku??
Ku pun bertanya pada sang tulang,
Jawaban yang ku dapat ternyata sang tulang kini tertindas,
Hawa dingin menghunus kejam sang tulang,
Sungguh tak berperikemanusiaan...!!!
Dingin semena-mena menyerang,menghantam seluruh tulangku hingga tak berdaya,
Setiap saat tulang berteriak:
"Wahai dingin,,jangan sakiti aku terus!!!"
Ooooh.....tak tega sungguh aku mendengarnya,
Sang tulangku yang teraniyaya hingga menjalar ke sumsumnya,
Walau telah ku selimuti dengan kehangatan yang tebal,
Namun sang dingin tetap jadi pemenangnya.
"Mentari Tertunduk pada Hujan"
Kian hari ku lihat langit kian suram,
Senyumnya musnah seiring ketidakberdayaan sang mentari,
Hujan yang kian meraja,
Membuat mentari pun tak sanggup walau sekedar meronta,
Luluh,lenyap,bahkan sirna tak kuasa ditolak,
Mentari tak mampu bertindak demi eksistensinya,
Mentari hanya tertunduk pada sang hujan,
Ooooh.....mengapa ini??
Air yang kini berkuasa,
Air menguasai daratan,
Air menyerbu,menggempur, pertahanan tanggul,
Bagaimana ini Tuhan??
Bagaimana jika terus berlanjut??
Haruskah kami bergelimang air bah yang bukan berkah??
Ya.....banjir
Banjir.....Banjir.....
Tuhan,,,,,
Buatlah mentari kembali bersinar,
Agar tak lagi hanya tertunduk pada hujan,
Buatlah air tak lagi merajalela,
Mengikis sang surya yang kian tak berdaya.
"Reinkarnasi Kesabaran"
Ibu...Ibu...Ibu
Kenapa tak kau hujat aku?
Kenapa tak kau maki aku?
Kenapa tak kau hukum aku?
Aku sang buah hati yang selalu melawan ibu,
Ucapan serta tingkahku bagai pedang tajam yang menghunus perasaanmu,
Dalam setiap hembusan nafas,
Ku selalu melakukan kenakalan,
Dalam setiap detak jantung,
Ku selalu menyakiti hati ibu,
Dalam setiap langkah kaki,
Ku selalu membuat ibu jengkel,
Aku seharusnya tak layak kau beri kasih sayang sebesar ini,
Aku hanya rayap yang menggerogoti kesabaranmu,
Ibu...Ibu...Ibu
Sampai berapa kali lagi kesabaranmu akan bereinkarnasi,
Untuk menghadapi anakmu yang tak berguna ini,
Aku yang acap kali membuat ibu terluka,
Namun ibu tetap senantiasa menyelimutiku dengan kesabaran,
Maafkan aku ibundaku tersayang.
"Sang Cinta yang Terpuruk"
Menitik air mata,menghujam keras perasaan.
Hati terlebur dalam lara.
Kala ku saksikan belahan jiwa meronta,tak tahan,lemah,serta kian hancur.
Sayang...gerangan apa yang membuatmu terperosok tak berdaya??
Kurang kah kasih dariku??
Hingga kau seperti ini...
Ku ingin kau kembali jadi pahlawanku, yang tak pernah lekang terkikis rayap kehidupan.
Karena ketegaranmu adalah tombak hidupku.
Ku ingin melangkah maju bersamamu,menapaki masa depan yang kini mulai ku rajut.
Ku tak mau hanya sendiri,karena tanpamu membuatku jadi tak mampu.
"Kenangan Menjelma jadi Ilusi"
Keindahan yang sulit terlupakan,
Walau lama telah berlalu,namun tak usang terusik zaman,
Kian hari kian tumbuh,menjadi semangat kehidupan,
Kenangan indah bersamamu kian menyelimuti hari-hariku menjadi berjuta ilusi yang menggema di otakku,
Senang rasanya,walau itu sekedar ilusi yang terlahir kembali oleh kenangan di masa lalu,
Sang pujangga yang dulu setia di setiap detik nafasku,di setiap lelah langkahku,
Kau akan tetap bernyawa dalam hatiku,
Kau akan tetap terpatri dalam jiwaku,
Terimakasih ilusiku teruntuk kenanganku...
Langganan:
Postingan (Atom)