Senin, 16 Maret 2009

Belajar Bernyanyi dari Odhong-odhong

Odhong-odhong adalah sebuah permainan yang tidak asing lagi bagi anak-anak saat ini. Sebuah permainan yang selalu diiringi dengan musik serta nyanyian. Bisa berbentuk mobil-mobilan, perahu, kursi, binatang kuda, atau yang lainnya. Berbagai bentuk tersebut digerakkan sebagaimana orang mengayuh becak. Sebenarnya hampir sama dengan permainan-permainan yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan modern saat ini, atau biasa dikenal dengan sebutan mall. Mungkin bedanya, jika di mall mampu bergerak hanya dengan memasukkan koin, tanpa harus dikayuh tenaga manusia. Selain itu, odhong-odhong biasanya dinaiki berkeliling di suatu tempat, misalnya di sebuah desa atau daerah pemukiman. Seperti halnya di beberapa desa yang berlokasi di kecamatan Tegowanu, permainan odhong-odhong sudah tidak asing lagi. Hampir setiap sore, di setiap desa dikunjungi permainan tersebut. Cukup hanya dengan membayar tarif sebesar Rp500,00 hingga Rp1.000,00 untuk sekali berkeliling per anak.
Setiap kedatangan odhong-odhong selalu ditandai dengan alunan lagu anak-anak yang cukup meriah, sehingga dengan cepat anak-anak bisa tahu bahwa permainan yang mereka tunggu telah datang. Itulah salah satu keistimewaan permainan odhong-odhong, anak-anak bisa dengan gembira menaikinya sembari dihibur dengan lagu-lagu yang memang layak mereka dengar sesuai dengan usia mereka. Meskipun itu lagu-lagu lawas, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak menikmati kegembiraan mereka. Sambil menaiki odhong-odhong, anak-anak pun bisa menirukan serta mempelajari lagu-lagu yang mereka dengar ketika itu.

Musik
Perkembangan industri musik di Indonesia saat ini memang sangat pesat. Terbukti dengan munculnya banyak grup band baru, penyanyi solo, duet, trio, dan lain sebagainya. Namun sayang, sebagian besar hanya mengusung tema-tema yang hanya layak didengar telinga orang dewasa. Misalnya tema percintaan, perselingkuhan, dendam, putus asa, dan lainnya. Jarang sekali muncul pendatang baru yang membawakan lagu anak-anak, bahkan hampir tidak terlihat munculnya penyanyi-penyanyi cilik baru. Mungkin ada beberapa stasiun televisi yang mengadakan audisi penyanyi cilik, akan tetapi sebagian dari mereka justru menyanyikan lagu-lagu dewasa yang saat ini sedang booming. Sungguh ironis, dengan talenta besar yang mereka miliki justru tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Alangkah baiknya jika anak-anak menyanyikan lagu anak-anak, bukan lagu orang dewasa.

Lagu Anak-Anak
Berbeda sekali dengan masa tahun 90-an, ketika itu dengan mudah kita dapat memperoleh kaset yang berisi lagu anak-anak dari penyanyi anak-anak. Seperti Enno Lerian, Trio Kwek-Kwek, Chikita Meidy, Melisssa, Tasya Kamila, Saskia, Geofany, Tina Toon, Dea Ananda, Leony, dan banyak lagi lainnya. Ketika itu anak-anak bisa mendengarkan lagu yang memang sesuai usia mereka, tidak seperti sekarang anak-anak justru mendengarkan lagu-lagu untuk orang dewasa. Bahkan sebagian besar anak-anak sangat fasih menirukan lagu-lagu orang dewasa yang mereka dengar baik dari televisi, radio, atau media lainnya.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita berterimakasih pada para “tukang odhong-odhong” yang secara tidak langsung telah membantu melestarikan lagu anak-anak yang dulu pernah berjaya. Misalnya balonku ada lima, pelangi, bintang kecil, nyamuk nakal, bolo-bolo, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan terkadang ’tukang odhong-odhong” pun memutar beberapa lagu-lagu kebangsaan. Sunguh hal kecil namun bermakna, walau kadang masyarakat tidak menyadarinya. Ternyata keberadaan permainan odhonh-odhong yang penuh kesederhanaan telah berperan positif dalam perkembangan putera puteri kita. Setidaknya anak-anak bisa mengenal serta mempelajari lagu-lagu anak-anak yang sesuai usia mereka. Selain itu pun mengerti sedikit mengenai lagu kebangsaan negara kita yang telah mereka dengar ketika bermain odhong-odhong. Ya, sambil berenang minum air, sambil bermain odhong-odhong pun bisa sambil belajar bernyanyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar