Senin, 16 Maret 2009

Demo = Anarkis ???

Mengapa beberapa masyarakat cenderung lebih memilih kekerasan untuk menyikapi sebuah permasalahan ataupun polemik yang timbul? Jika ingin mengutarakan pendapat, bisa saja disampaikan dengan cara yang santun, duduk bersama dan berbicara dari hati ke hati sambil mencari solusi. Jangan memecahkan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Demonstrasi boleh saja, asalkan tetap damai sehingga pada akhirnya bisa menemukan jalan keluar. Namun sayang, sebagian besar kegiatan demonstrasi jusrtu menambah permasalahan. Walaupun masih ada beberapa pendemo yang berkenan melakukan aksi damai dalam pelaksanaannya, yang diselingi dengan mengadakan doa bersama.
Dengan banyaknya kasus kerusuhan yang ditimbulkan adanya demonstrasi, mengakibatkan fasilitas umum banyak yang rusak. Memang tidak etis jka harus menuduh oknum tertentu sebagai pelaku yang sering berdemo dengan cara yang anarkis. Namun jika menengok beberapa kejadian yang ada, sebagian pendemo anarkis selalu mengatasnamakan kelompok, golongan, ataupun organisasi massa tertentu.

Kesadaran Diri
Pernahkah oknum tertentu yang berdemo secara anarkis berpikir bahwa tindakan yang mereka lakukan dapat merugikan banyak orang. Ibarat memancing di air keruh, bukan ikan yang didapat melainkan hanya sampah. Bukan solusi atau pemecahan serta jalan keluar dari problema yang ada, namun tambahan masalah baru yang lebih memberatkan.
Seperti halnya demo di jalan raya yang bisa mengakibatkan macet sehingga mengganggu kenyamanan orang berlalu lintas. Berdemo di depan gedung Pemerintah pun bisa mengganggu kinerja orang-orang di dalamnya, apalagi jika dibarengi dengan perusakan fasilitas umum. Sudahkah pendemo-pendemo anarkis itu membayar pajak guna pembangunan fasilitas umum? Mengapa dengan egois mereka merusaknya, apakah para pendemo anarkis merasa mampu membeli / membangun fasilitas umum maupun fasilitas pribadi yang telah mereka rusak? Tidak hanya gedung milik Pemerintah, mobil dinas, serta beberapa fasilitas umum lainnya, namun terkadang fasilitas pribadi milik beberapa pihak yang tidak berdosa ikut menjadi korban akibat adanya kerusuhan dari demonstrasi anarkis.
Sebagian pendemo anarkis dapat dipastikan belum mampu, bahkan tidak akan mampu membeli atau membiayai pembangumnan fasilitas yang telah dirusak ketika berdemonstrasi. Karena kebanyakan dari pendemo anarkis masih belum merasakan susahnya mencari nafkah. Bahkan menncari uang sepeser pun belum mampu karena sekalipun belum pernah bekerja, masih mengandalkan uang orang tua. Di sisi lain, kondisi jiwa dari pendemo anarkis cenderung dalam keadaan labil dan sulit berpikir dewasa. Bukannya ikut menjaga dan merawat fasilitas yang sudah susah payah dibangun oleh negara, akan tetapi malah dirusak dengan semena-mena dalam waktu seketika.

Pendidikan
Seharusnya dengan semakin tinggi jenjang dalam menempuh pendidikan, maka semakin maju dan cerdas pula cara berpikirnya. Namun apa yang terjadi belakangan ini tidaklah demikian, banyak orang-orang yang dianggap pintar, akan tetapi tidak mampu berpikir secara pintar. Kalau hanya berteriak-teriak atau orasi di depan sebuah gedung Pemerintah atau di jalan-jalan protokol pasti hampir semua orang mampu melakukannya. Akan tetapi yang lebih dibutuhkan guna mengatasi permasalahan bukanlah “keluhan”, “penumpahan rasa kecewa”, “menuntut oknum tertentu pensiun dini dari jabatannya”, atau “hanya berorasi menyudutkan pihak tertentu” yang pada akhirnya semua itu tidak menghasilkan solusi namun menambah beratnya masalah yang sudah terjadi.
Selayaknya orang berpendidikan tinggi atau sedang dalam proses menempuh pendidikan di atas tingkat SMA, seharusnya berusaha memanfaatkan ilmu yang telah dipelajari guna membantu memecahkan persoalan yang telah menyengsarakan banyak pihak khususnya kaum lemah. Jangan hanya menuntut, tapi cobalah membantu dengan menyumbangkan tenaga, pikiran, serta ide-ide cemerlang yang bisa digunakan untuk mengurangi bahkan mengatasi problema yang dialami masyarakat. Memang kemampuan seseorang berbeda-beda dan terbatas, jadi tidak semua mampu memberikan sumbang sih yang berarti. Jika begitu keadaannya, marilah berusaha dengan bersikap baik serta mendukung atau memberi semangat dan tentunya melakukan tugas sebagaimana orang yang sedang menempuh pendidikan.
Teknologi semakin canggih, pendidikan pun semakin maju. Untuk menyelesaikan masalah jangan lagi dengan emosional yang berujung pada kekerasan. Sudah cukup banyak kerusakan yang terjadi akibat aksi anarkis, bahkan tidak hanya menimbulkan korban luka, namun banyak korban nyawa. Manfaatkanlah kemajuan teknologi dan dunia pendidikan untuk berpikir cerdas serta rasional. Jangan sia-aiakan masa depan hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau merugikan. Mari STOP KEKERASAN, pakai otak dan hati nurani untuk menyelesaikan masalah agar tidak menimbulkan masalah……………!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar